Selasa, 16 Februari 2016

keutamaan hati dan diri

Bismillahirahmanirahim, 

alaihiwasalam Messenger of Allaah said: 

"Verily, deeds that must be accompanied by faith." (Sahih al-Bukhari) Meaning intention here is that regardless of the intentions of the love of self and the world. The intention is purely for Allah Ta'ala.as he hath said: "Though they are not ordered except to worship Allah with obedience to Him purifies the (running) straight religion ..." (al-Masad: 5) alaihiwasalam Messenger of Allaah said, "God does not accept a practice except that pure, which is done only for HER. " (Narrated by Nasa'i of Abu Umamah) In a hadith Qudsi narrated, Allaah says, "I was an associate most do not need an alliance. Whoever does a deed then he joins me with the other, then I'll leave and abandon its allies. " In another narration: "Then he will become the property of his allies, and I am innocent of it." (Reported by Muslim - Ibn Majah) Then, the heart is the essence of humanity, as well as the pros and shaft damage. The Prophet said, "Indeed, in man there is a clot (heart), when the heart is good for both themselves and the entire human perbutan charity and when the heart is damaged then corrupted the whole self (the human deeds). Remember, it is the heart. " (Sahih Bukhari and Sahih Muslim from Nu'man Ibn Bashir ra). The heart / intentions sincerity and devotion to God is the center point of the view of God, as spoken by him, " Verily, Allah does not look to body and shape you, but He looks at your hearts "(Narrated by Muslim from Abu Hurairah) the Qur'an explains that salvation in the hereafter, and the acquisition of heaven there can only be achieved by people whose hearts clean from polytheism, hypocrisy and diseases that destroy the liver. That is, those who only rely on God, as He has spoken through His prophets, Ibrahim al-Khalil as "Do not disgrace me on the Day of Resurrection. (It is) in the property and children are useless. Unless those those who approach God with a clean heart. " (as-Shuara: 87-89) "And it approached heaven on those who fear Him in a no distant (from them). This is what you were promised, (it is) for every one who turned (to Allah ), keeps (His rules). (they are) those who fear God, most gracious, unseen (by him) and he came with a repentant heart. " (Surah Qaf: 31-33) Safety of disgrace on the Day of Judgment was given only to the person who comes to Allah with a clean heart and comes to Him with a heart of surrender. It was narrated from Anas that there was a man who asked the Prophet, "When the apocalypse occurred Messenger of Allah?" He asked: "What have you prepared?" He replied, "I did not prepare much prayer and fasting, and charity, but I love Allah and His Messenger." He then said, "You will be with the person you love." "Someone will be with the person she loves." (Agreed Alaih) Love pure heart is one of the practices, which have a high position in the sight of Allah wa Ta Subhana 'style. A great scholar with humility, saying, "I love my righteous people even though I am not one of them., I wish I could get intercession (knowledge, and goodness) of them, ... and" I do not like of goods vices, though I equally humbled by the stuff. " " Whoever loves for Allah, is upset because Allah, give because God, resist giving because Allah has perfected his faith. "(Abu Dawud) Did not the Prophet said ," Surely someone finishes from his prayer and not recorded for him except a tenth of reward prayer, sepersembilannya, one-eighth, sepertujuhnya, one-sixth, one fifth, one quarter, one third, one-half "(Abu Dawud) " The difference is the degree of prayer in accordance with the difference of those who pray by kekhusyu'an and tadabbur (reading prayer) and any similar one of the things that bring the perfection of prayer "(Faidhul Qodiir 2/422) " those practices varied widely according to the different levels of faith and sincerity found in the liver. And there are two people who are in a row, but the difference will pray the prayer of the two of them so far between heaven and earth "(Minhaajus sunnah) of the Prophet صلی الله علیه و سلم said three times: " It would appear now to you the people of Paradise, " Abdullah recalled: "When I turned to go and then he called me and said, just deeds that you see, it's just that I do not find the feeling of envy (irritated) in my heart even to a Muslim and I never envy any one of the good الله given him" . and every night I pray and forgive those who have hurt me. 'Abdullah said, "This is the practice that leads you (the people of paradise), and this is what we do not afford." (Ahmad) Friends of the congregation, has beautiful manners good and peaceful heart. Be clear, honest, humble, forgiving, and full of Slavery and the love of Allah and His Messenger, is the heart that can deliver on the degree of glory in the sight of Allah. May Allah give mercy to our abilities and co , Aamiin. Wallahua'lam bishawab




Senin, 15 Februari 2016

Keistimewaan hati diuji saat direndahkan diri


Begitu istimewanya hati seseorang jika ia dapat melewati berbagai ujian disaat ia direndahkan oleh orang lain. Kita menganggap orang lain tersebut tidak memiliki perasaan sama sekali, namun dibalik semua itu seseorang menguji hati dan keimanan kita untuk menuju keistimewaan.
                 Terkadang kita baik kepada orang lain namun orang belum tentu baik kepada kita, mengapa demikian??? Mungkin dibalik semua itu  itu allah menunjukkan jalan yang terbaik, dengan melewati berbagai ujian dan menahan kesabaran. Begitu sayangnya allah kepada orang-orang yang sabar dan mampu melewati berbagai tantangan hidup untuk menuju keistimewaan hati dan pikiran.
                 Jadilah manusia yang mampu menghadapi berbagai ujian dan tantangan dalam kehidupan, baik ujian hati, pikiran,  maupun perasaan. Insyaallah dibalik ujian itu terdapat keitimewaan hati yang suci dan menjadi manusia yang lebih baik.
                 Berfikirlah positif dan menganggap semua masalah yang dihadapi itu sebagai ujian untuk menuju kesempurnaan. Yakin dan percayalah pada diri, menghargai orang lain dan rendah hati. Insyaallah hidup akan bahagia baik didunia maupun diakhirat kelak.
                

kelebihan kebersihan hati dan diri

 Kelebihan diri bagi orang beriman dan tiada beriman
Bagi yang tiada beriman, kelebihan dirinya akan diagung-agungkan sebagai mutlak miliknya dan diupayakan sebagai hasil kerja dari kekuatan dan kemampuan dirinya. Karena itu kelebihan diri bagi orang yang tiada beriman akan mengarah kepada cinta diri, takabur dan sombong.
Sementara itu bagi orang beriman kelebihan dirinya disikapi secara wajar dan biasa, masing-masing tersimpan  amanat dan maksud Allah menjadikan kelebihan itu ada di dalam dirinya.  Kelebihan yang diberikan Allah kepada dirinya akan disikapi rasa syukur dan menyadari bahwa itu adalah wajar terkait keberadaan manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk ciptaanNya.
Dijadikan sebaik-baiknya makhluk tentu tersimpan kelebihan manusia dibanding makhluk ciptaan Allah lainnya.  Pengetahuan yang diberikan Allah untuk dapat mengetahui kelebihan itu  juga merupakan karunia yang besar. Dirinya mengerti bahwa amanat kelebihan yang diberikan akan dimanfaatkan untuk memperbaiki diri dan berbagi kepada sesama. Bila ini tidak dimanfaatkan dengan baik Allah juga tiada segan mengambilnya kembali kelebihan itu dari diri.
Berangkat dari pemahaman akan keberadaan diri itulah orang yang beriman akan berusaha menggali dan menjaga kelebihan itu untuk diabdikan pada tujuan yang sebaik-baiknya yaitu beribadah kepada Allah sesuai yang menjadi amanatnya. Tampilan orang beriman dalam perjalanan hidupnya akan melahirkan sikap percaya diri, amanah  dan yakin dalam menempuh hidupnya.
https://perkarahati.wordpress.com/2013/10/24/menyadari-kelemahan-adalah-kekuatanmu/

cara membersihkan hati dan jiwa

6 CARA MEMBERSIHKAN DIRI DARI DOSA DAN PENYAKIT HATI
Sahabat2 MJ muslim muslimah berikut ini cara membersihkan diri dari dosa dan penyakit hati:
1.dengan shalat malam atau Qiyamullail (Qumillaila illah qaliilaa)
Rasulullah SAW bersabda dari Salim bin Abdullah bin Umar ,”
Sebaik-baik seorang laki-laki hamba Allah adalah sekiranya ia melaksanakan sholat malam”.Berkata salim, ‘Maka Abdullah bin Umar sesudah itu tidak tidur di malam hari,kecuali sedikit.”
(HR.Bukhari No.4528)
Dalam riwayat lain,Rasulullah­ SAW bersabda,
“Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah Qiyamullail”.
(HR.Muslim)
2. Membersihkan hati dengan membaca Al Qur’an(Wa rattilil qur’aana tartiila)
Al Qur’an bila dibaca dengan syahdu,teliti baik makhroj hurufnya,tajwid­nya maupun maknanya maka akan menjadi penawar hati untuk membersihkan segala penyakit hati.
Allah Berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an(sesuatu)­ sebagai penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,sedangk­an bagi orang yang zalim hanya akan menambah kerugian.
”(QS.Al Isra’:82)
3.Membersihkan hati dengan dzikir (Wadzkurisma robbika)Zikir yang berarti mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun sebagaimana yang tercantum dalam surah Ali Imran ayat 191.
Mensucikan hati dengan tabattal (Wa tabattal ilaihi tabtiilaa).
Dalam tafsir Ibnu Katsir,makna tabattal adalah mengkhususkan diri semata untuk beribadah kepada Allah saja dan Al-Qurthubi menambahkan dengan:”…dan jangan engkau menyekutukan dengan selain-Nya.”
4.Mensucikan diri dengan bertawakkal hanya kepada Allah SWT(Fattakhidzu­ wakiilaa).
Tawakal artinya beserah diri kepada Allah.
Allah berfirman, “ Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah,niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-Nya. Dan akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka­"(At Thalaq:2-3)
5. Mensucikan dengan bersabar terhadap perkataan orang (Washbir‘alaa maa yaquulun).
Kesabaran disini diartikan seperti kesabaran dalam menghadapi fitnah,intimida­si dan terhadap kaum yang tidak menyukai Islam.
Allah SWT berfirman,
“Dan bersabarlah(Muh­ammad)dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap(kekafi­ran)mereka dan jangan(pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”.
(QS.An Nahl:127)
6. Mensucikan diri dengan hijrah secara baik(Wahjurhum hajran jamiilaa).
Rasullah SAW bersabda,
“Orang yang berhijrah,ialah­ orang yang berhijrah(menin­ggalkan)kejahat­an.Dan orang yang berjihad ialah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya”.
(HR.Ibnu Majah dan An-Nasaa’i)
Sekian dan semoga bermanfaat
wassalamu'alaik­um warrahmatullah

6 CARA MEMBERSIHKAN DIRI DARI DOSA DAN PENYAKIT HATI
Sahabat2 MJ muslim muslimah berikut ini cara membersihkan diri dari dosa dan penyakit hati:
1.dengan shalat malam atau Qiyamullail (Qumillaila illah qaliilaa)
Rasulullah SAW bersabda dari Salim bin Abdullah bin Umar ,”
Sebaik-baik seorang laki-laki hamba Allah adalah sekiranya ia melaksanakan sholat malam”.Berkata salim, ‘Maka Abdullah bin Umar sesudah itu tidak tidur di malam hari,kecuali sedikit.”
(HR.Bukhari No.4528)
Dalam riwayat lain,Rasulullah­ SAW bersabda,
“Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah Qiyamullail”.
(HR.Muslim)
2. Membersihkan hati dengan membaca Al Qur’an(Wa rattilil qur’aana tartiila)
Al Qur’an bila dibaca dengan syahdu,teliti baik makhroj hurufnya,tajwid­nya maupun maknanya maka akan menjadi penawar hati untuk membersihkan segala penyakit hati.
Allah Berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an(sesuatu)­ sebagai penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,sedangk­an bagi orang yang zalim hanya akan menambah kerugian.
”(QS.Al Isra’:82)
3.Membersihkan hati dengan dzikir (Wadzkurisma robbika)Zikir yang berarti mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun sebagaimana yang tercantum dalam surah Ali Imran ayat 191.
Mensucikan hati dengan tabattal (Wa tabattal ilaihi tabtiilaa).
Dalam tafsir Ibnu Katsir,makna tabattal adalah mengkhususkan diri semata untuk beribadah kepada Allah saja dan Al-Qurthubi menambahkan dengan:”…dan jangan engkau menyekutukan dengan selain-Nya.”
4.Mensucikan diri dengan bertawakkal hanya kepada Allah SWT(Fattakhidzu­ wakiilaa).
Tawakal artinya beserah diri kepada Allah.
Allah berfirman, “ Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah,niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-Nya. Dan akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka­"(At Thalaq:2-3)
5. Mensucikan dengan bersabar terhadap perkataan orang (Washbir‘alaa maa yaquulun).
Kesabaran disini diartikan seperti kesabaran dalam menghadapi fitnah,intimida­si dan terhadap kaum yang tidak menyukai Islam.
Allah SWT berfirman,
“Dan bersabarlah(Muh­ammad)dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap(kekafi­ran)mereka dan jangan(pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”.
(QS.An Nahl:127)
6. Mensucikan diri dengan hijrah secara baik(Wahjurhum hajran jamiilaa).
Rasullah SAW bersabda,
“Orang yang berhijrah,ialah­ orang yang berhijrah(menin­ggalkan)kejahat­an.Dan orang yang berjihad ialah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya”.
(HR.Ibnu Majah dan An-Nasaa’i)
Sekian dan semoga bermanfaat
wassalamu'alaik­um warrahmatullah



manfaat hati dan jiwa

Ketenangan Hati Dan Ketenangan Jiwa
Setiap orang di dunia ini pasti mengharapkan ketenangan hati dan ketenangan jiwa, namun belum tentu bisa mewujudkannya. Ada banyak kasus menarik mengenai topik ini di antaranya, banyak orang yang sebenarnya tahu tetapi membuat aturan main sendiri, banyak orang tahu caranya tetapi lebih memilih cara lain yang sebenarnya dia tahu bahwa itu bertentangan, dan juga banyak orang yang tahu bagaimana menggapainya tetapi selalu mengulur waktu dan melakukan pembebasan atas kemauannya. Itulah kita.. Saya hanya memberikan renungan kembali, bukan menyalahkan siapa-siapa.

Ada banyak kebahagiaan yang telah kita nikmati selama hidup kita, tetapi ada juga banyak hal yang seharusnya kita nikmati dan syukuri tetapi kita malah melupakannya. Kita hanya fokus pada apa yang belum kita raih, dan apa yang kita telah kita dapatkan kita lupakan begitu saja untuk mengejar kesenangan hidup selanjutnya. Bila kepuasan diri yang kita kejar, maka yakinlah ketenangan hati dan ketenangan jiwa akan sulit kita ciptakan dalam keseharian kita. Kepuasan diri tidak salah jika kita kejar, tetapi rasa syukur atas apa yang telah kita raih harus ditanamkan juga dalam diri kita agar kita bisa tenang.

Bagaimana menciptakan ketenangan hati dan ketenangan jiwa? Saya rasa kita semua tahu jawabannya, yaitu kembali pada nilai akhlak agama. Agama telah terbukti membawa aturan-aturan hidup yang berlaku sepanjang masa, tidak perlu kita ragukan lagi. Ditambah pula dengan sejarah abadi manusia yang telah diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi, seharusnya menambah kemantapan hati kita untuk teguh memegang nilai agama kita.

Satu hal penting yang diajarkan dalam agama kita adalah berbuat baik. Kata yang sangat sederhana, tetapi memiliki pembahasan yang sangat luas, apalagi kita tahu di dunia ini hanya dua sifat, baik dan buruk. Kalau bukan baik ya buruk. Kita pun sudah tahu sebagian besar (bahkan semuanya saya kira) hal yang baik di dunia ini, hal-hal baik yang akan membuat kita bisa mencapai taraf ketenangan hati dan ketenangan jiwa yang optimal. Dengan kata lain, kata kunci untuk mencapai ketenangan dalam hidup kita adalah berbuat baik. Dengan berbuat baik, maka kita akan terhindar dari masalah personal dengan orang lain, kita tidak memiliki musuh tetapi malah memiliki banyak teman yang membuat hidup kita semakin bermakna dan bahagia.

Tentunya termasuk dalam berbuat baik adalah dalam hubungan kita dengan Tuhan kita. Kita adalah makhluk yang diciptakan oleh-Nya untuk beribadah dan diberi ujian dan cobaan untuk mengetahui sejauh mana kekokohan iman kita. Dengan menyadari bahwa kita adalah makhluk yang semua hal sudah digariskan dan dibatasi oleh-Nya, tentu akan menumbuhkan kesadaran kita untuk bertawakkal kepada-Nya. Itulah ketenangan hati dan ketenangan jiwa yang sebenarnya.
http://selasar21.blogspot.co.id/2011/06/ketenangan-hati-dan-ketenangan-jiwa.html










Sabtu, 13 Februari 2016

bersihkan hati

Keutamaan Shalat TaubatOleh Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A



عن أبي يكر الصديق  قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ  يَقُولُ: «مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّر – وفي رواية: فيحسن الوضوء – ، ثُمَّ يُصَلِّى – وفي رواية: ركعتين –، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّه؛َ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ»، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ}، رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه وغيرهم.
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang (muslim) melakukan suatu perbuatan dosa, lalu dia bersuci – dalam riwayat lain: berwudhu dengan baik –, kemudian melaksanakan shalat – dalam riwayat lain: dua rakaat –, lalu meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni (dosa)nya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui” (QS. Ali ‘Imraan:135)[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat dua rakaat ketika seorang bertaubat dari perbuatan dosa dan janji pengampunan dosa dari Allah Ta’ala bagi yang melakukan shalat tersebut[2].
Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:
– Agungnya rahmat dan kasih sayang Allah ‘Azza wa jalla kepada hamba-hamba-Nya, karena Dia mensyariatkan bagi mereka cara untuk membersihkan diri dari buruknya perbuatan dosa yang telah mereka lakukan.
– Wajib bagi seorang muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah Ta’ala, merasakan pengawasan-Nya, dan berusaha untuk menghindari perbuatan maksiat semaksimal mungkin. Kalau dia terjerumus ke dalam dosa maka hendaknya dia segera bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala[3], agar Dia mengampuni dosanya, sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ، وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا}
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS an-Nisaa’:17).
– Yang dimaksud dengan “meminta ampun kepada Allah Ta’ala” dalam hadits ini adalah bertaubat dengan sungguh-sungguh yang disertai sikap penyesalan atas perbuatan tersebut, menjauhkan diri dari dosa tersebut dengan meninggalkan sebab-sebabnya, serta tekad yang bulat untuk tidak mengulanginya selamanya, dan jika dosa tersebut berhubungan dengan hak orang lain maka segera dia menyelesaikannya[4].
– Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Meminta ampun kepada Allah Ta’ala (hanya) dengan lisan, tapi masih tetap mengerjakan dosa (dengan anggota badan) adalah seperti bermain-main (dalam bertaubat)[5].
– Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya orang yang beriman memandang dosanya seperti dia sedang berada di bawah sebuah gunung (besar) yang dia takut gunung tersebut akan menimpa (dan membinasakan)nya, sedangkan orang yang fajir (rusak imannya) memandang dosanya seperti seekor lalat yang lewat di (depan) hidungnya kemudian dihalaunya dengan tangannya (dinggapnya remeh dan kecil)”[6].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 6 Sya’ban 1431 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com
Dipublikasikan oleh www.salafiyunpad.wordpress.com